Senin, 03 Oktober 2011

bagaimana kalau jadi maling?

 Kalau saya terlahir sebagai orang jahat mungkin saya akan memilih menjadi maling. Kenapa maling? Dalam pikiran saya, dosa mencuri lebih kecil daripada merampok, memperkosa, menculik, apalagi membunuh. Entah siapa yang sudah menanamkan pengelompokkan dosa itu di otak saya. Tapi bagi saya, dosa menjadi maling lebih kecil sehingga lebih mudah untuk minta ampunan kepada Tuhan. Minta ampunan? Tentu saja…saya kan tidak mungkin terus-terusan mau jadi orang jahat. Lagi pula rasanya saya bukan tipe orang yang berani untuk terang-terangan melakukan kejahatan. Saya seorang pengecut jadi pastinya kalaupun saya melakukan kejahatan, saya tidak mungkin ingin korban saya tahu bahwa saya pelakunya.

Sepertinya tidak susah untuk menjadi seorang maling. Saat saya dalam keadaan terdesak, ada kesempatan, dan saya berani untuk memanfaatkan peluang itu maka TUING..dalam sekejap jadilah saya seorang maling. Gampang kan? Sama sekali tidak sulit. Bagian tersulitnya hanya pada masalah keberanian. Beranikah saya memanfaatkan kesempatan yang sudah ada di depan mata? Punyakah saya bakat dan mental untuk menjadi seorang maling? Mungkin kalau caranya terlalu terang-terangan begitu saya masih belum berani. Tapi kalau caranya agak halus sih banyak yang sudah mencoba.

Maling dengan cara halus? Iya, malingnya juga pinter-pinter kok. Kadang malingnya punya jabatan rangkap seperti siswa atau mahasiswa. Saya tidak bicara tentang korupsi pejabat. Bagi saya korupsi itu terlalu halus kalau diibaratkan seperti maling karena nominal yang diambil juga jumlahnya besar kok. Lebih tepatnya mereka adalah perampok. Yah..tentu saja dengan cara yang halus juga.  Balik lagi ke masalah maling. Bila mendengar kata maling, yang ada di otak saya ya kalau nggak maling jemuran ya maling ayam. Kenapa? Karena mungkin selama saya mengenal kata ‘maling’ yang paling akrab digandengin dengan kata maling ya kata ‘ayam’ dan kata ‘jemuran’ lalu kata-kata berikutnya adalah ‘babak belur dihajar massa’. Maling dianggap sangat hina, bahkan mungkin terus bersaing memperebutkan kasta terendah dengan ‘copet’ dalam dunia kejahatan dengan tentu saja kasta tertinggi masih dipegang oleh koruptor. Sebegitu rendahnya kita memandang seorang maling sehingga kata-kata yang pantas keluar untuk mereka saat ditangkap massa adalah “hajar” atau “bakar”. Benar-benar pilihan yang sulit untuk seorang yang sedang berjuang hidup. Sayangnya, banyak diantara kita yang nggak sadar juga kalau harusnya bisa saja kata-kata “hajar” atau “bakar”itu ditujukan buat kita.

Kita??Iya, kita yang ngakunya sudah punya jabatan seorang siswa atau mahasiswa ternyata masih banyak juga yang mengincar jabatan maling. Caranya cerdas, bersih, kreatif, tapi buat saya tidak terhormat. Bayangkan saja, ternyata banyak di antara kita yang jadi maling keluarga alias maling uang orangtua. Bilangnya bayar uang SPP, uang kosan, uang bimbel, uang praktikum, uang buku, uang LKS, uang fotokopi bahan,uang les biola, piano, gitar, seruling, tamborin, harpa, dan lain-lain. Tapi ternyata uangnya dipakai untuk kebutuhan pribadi.

Mungkin inilah maling yang kastanya paling rendah di antara para maling. Ibarat peribahasa mereka ini dapat diibaratkan seperti kacang yang lupa akan kulitnya, pagar makan tanaman, air susu dibalas dengan air tuba, menggunting dalam lipatan, musuh dalam selimut, dan masih banyak lagi… Perbuatan yang benar-benar tidak bertanggungjawab dan memalukan. Kurang cukupkah semua yang orangtuanya sudah berikan sejak para maling itu ada dalam kandungan sampai harus mencuri uang orangtuanya dan membohongi mereka? Paket combo..membohongi dan mencuri sekaligus. Ck..ck..ck..ini yang saya katakan mental pencuri tapi berlindung dibalik jabatan sebagai orang yang terpelajar. Seorang pengecut yang sok berani. Jangan bangga akan pujian sebagai pencuri cerdas yang kreatif karena kata-kata tersebut hanya memiliki satu arti yaitu pengecut.

Buat saya, pencuri ayam di pasar yang berjuang demi memberi makan keluarganya (yah..walaupun tidak semuanya bertujuan semulia itu) jauh lebih terhormat dan berani dibanding pencuri-pencuri yang saat ini sibuk berbelanja baju, sepatu, tas, make up di mall, ke salon,dengan tujuan berusaha tampil seperfect mungkin agar topengnya sebagai maling tidak kelihatan, atau sedang mentraktir teman-teman atau pacarnya dengan hasil curian , atau maling-maling yang lagi mabok, ngeganja, ngedrugs sampe bego’ di kamar, atau sibuk otak-atik kendaraan padahal otaknya yang seharusnya diotak-atik, atau malah lagi investasi untuk suatu usaha yang walaupun kelihatannya pintar tapi tetap aja pakai uang haram dan kata ayah saya “memulai sesuatu yang baik itu harus dengan awal yang baik supaya hasilnya baik”.

Masih banyak lagi maling-maling yang mungkin saat ini sedang berkeliaran di sekitar kita. Mungkin sedang pamer barang-barang mahal, mungkin sedang ngebayarin kita makan, mungkin sedang membaca buku-buku baru. Lalu kenapa kita diam saja? Kenapa kita tidak meneriakkan “hajar” atau “bakar” kepada mereka, padahal kita tahu mereka juga pencuri sama seperti maling ayam atau maling jemuran. Apa karena kita sudah merasa biasa dengan cara maling seperti itu sehingga saat sang maling dengan bangganya bercerita bahwa dia baru saja maling uang bapaknya dengan alasan bayar tetek bengek kuliah atau sekolah kita hanya tertawa-tawa saja dan menganggap wajar. Atau karena kita juga maling, sama seperti mereka? Apa karena mereka punya jabatan rangkap sebagai orang-orang terpelajar? Ini adalah sebuah pembodohan dan kemerosotan moral. Bertindaklah. Bukan dengan “hajar” atau “bakar” karena budaya barbarisme seperti itu sudah seharusnya jauh kita tinggalkan kecuali kita mau disebut manusia primitif.  Bertindaklah dengan kapasitas kita sebagai orang yang terpelajar. Bertindaklah karena diam tidak akan pernah merubah apapun. Bertindaklah karena saat ini mental bangsa sedang di tangan maling-maling itu.

Jadi mungkin kalau saya dilahirkan menjadi orang jahat, maling tetap jadi pilihan saya. Tapi saya mau jadi seorang maling yang heroik. Berani berbuat ya berani bertanggung jawab. Siapa menabur angin ya dia menuai badai. Jadi jangan mau jadi maling yang biasa pakai cara-cara halus. Gak terhormat, dosanya sama, malah mungkin lebih besar karena yang jadi korban orangtua sendiri (lagi-lagi ini pemahaman saya tentang penggolongan dosa). Jadilah maling yang terhomat. Masalah tertangkap massa adalah resiko pekerjaan.

Tapi sampai saat ini, saya masih bersyukur dilahirkan jadi orang baik. Kenapa?Karena  saya tidak perlu minta ampunan dosa karena sudah jadi maling , selain itu saya tidak punya resiko tertangkap massa. Benar-benar pilihan hidup yang harus disyukuri untuk seorang penakut seperti saya. Tapi paling tidak, menulis ini adalah bentuk pilihan tindakan saya untuk terus mengingatkan.

it's like welcome again...

Hei...udah sekitar sebulan gw gak ngisi2 blog ini. Kenapa? Banyak pembenaran yang bisa gw sampaikan di sini, tapi intinya yah,,gw sibuk banget. I'm going to married next month. Yup..with Adi. Someone that i always told  in my post before. Bulan kemaren sekitar seminggu setelah lebaran tepatnya tanggal 11 September 2011 gw di lamar dan itu artinya gw dan keluarga bener-bener sibuk untuk mempersiapkan acara tersebut dan Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar. Sekarang lagi masa calm down dulu..tapi bentar lagi undangan yang dicetak bakal jadi and it will take all my time again..mulai dari bagiin undangan, nyiapin hal-hal teknis yang sangat printil-printil, nyiapin tempat tinggal gw dan Adi ke depannya, de-el-el.. Benar-benar sibuk sayah..but am I happy? Yes..I'am.


 

Rabu, 24 Agustus 2011

welcome Ners..

Kemaren gw ke Bandung demi menemani papa yang diundang untuk menghadiri angkat sumpahnya adek gw yang nomor dua. Apa itu angkat sumpah? Gw juga awalnya gak tau. Setau gw ya si Ayi itu kan udah lulus S1 nya di Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK Unpad) , udah wisuda juga..nah terus dia udah punya titel S. Kep di belakang namanya layaknya sarjana-sarjana yang laen. Tapi kemudian, klo sarjana-sarjana yang laen setelah dapet gelar itu langsung bertitel sebagai pengangguran atau sibuk apply lamaran kemana-mana atau yang beruntung sih langsung kerja,,,nah,,si Ayi dan teman-temannya yang laen yang juga udah punya titel S.Kep ini sibuk kuliah lagi. Kuliah profesi namanya.

Ngapain tuh kuliah profesi? Gw juga gak tau awalnya tapi karena si Ayi sering banget cerita jadi ya gw sedikit-sedikit ngerti deh kalau intinya kuliah profesi di keperawatan itu terjun langsung mengaplikasikan ilmu yang udah diperoleh di masa kuliah sarjananya itu. Aplikasinya di banyak tempat. Ada di rumah sakit (Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung) mulai dari poli anak sampe poli bedah, RSJ di mana gitu gw lupa,,klo gak salah daerah Lembang, ke Garut ke komunitas masyarakat (mirip-mirip KKN klo yang ini), dll..jadi sama deh kayak koas di fakultas kedokteran. Eh tadi lagi cerita apa sih? Kok jadi panjang? Oiya...jadi setelah menempuh kuliah profesi selama setahun itu, dia pun lulus dengan nilai cumlaude 3,6 klo gak salah. Nanti bulan November wisudanya yang ke dua.

Sebelum diwisuda, yang udah pada lulus kuliah profesi ini harus ngejalanin satu tahap lagi yang namanya pengambilan sumpah atau angkat sumpah. Kenapa angkat sumpah? ya klo menurut insting gw sih karena simpel aja, perawat itu kan profesi yang banyak berkaitan dengan rahasia orang, sama kayak dokter, polisi, hakim dll, jadi mereka ya harus disuruh janji buat gak buka tuh rahasia-rahasia penting milik pasien kecuali kalau diminta oleh pengadilan (eh..itu salah satu isi sumpahnya lo!!) So,  karena alasan itulah kemaren gw dan papa ada di Bandung untunk menghadiri acara tersebut (gw nemenin papa karena si mama kerja dan gak bisa izin libur).

Acaranya gimana? Gini..pertama-tama para pendamping disuruh masuk ke ruangan kayak auditorium gitu. Di tiap kursi udah ada nama-nama mahasiswa yang mw angkat sumpah dan ada juga LO buat penunjuk kursi, Berasa di twentyone hehe...(eh bangkunya juga mirip yang di twentyone dan satu kemiripan lagi ada layar besar di tengah auditorium), kemudian..acaranya seinget gw sih ketok palu tanda sidang dibuka,  baca Al-Qur'an plus artinya (Sari Tilawah maksud gw..), sambutan-sambutan ketua ini, ketua itu, kepala ini, perwakilan itu, angkat sumpah, terus mahasiswanya ke depan satu-satu (saat si Ayi maju ke depan kayak gitu pendampingnya harus berdiri loh...demam panggung deh gw saat itu), setelah abis semua mahasiswa yang ke depan terus nyanyi-nyanyi lagu yang gw tau sih Hymne Guru, Hymne Unpad, lagu persembahan dari angkatannya si Ayi sambil kasih2 bunga ke orang tua terus sedih-sedih, lalu ketok palu lagi, baru deh foto-foto.

Dan resmilah si Ayi ini gak jadi mahasiswa Unpad lagi dan sedihlah dia dan temen-temennya yang gak tinggal di Badung karena harus ninggalin Bandung Paris Van Java si tempat belanja, tempat wisata, tempat banyak cerita dimulai dan diakhiri, tempat tinggal lima tahun ini. Makasi Bandung udah jadi tempat tinggal si Ayi, udah ramah sama gw dulu dan Ayi juga...Welcome Ners..and ironisnya Bye-bye Bandung..

Sabtu, 13 Agustus 2011

ini hampir jadi blog kuliner..

Heeeiiii....have i told you before that i'm in love with food??hehehehe.....Gw suka banget makan. Adi also. Gak ada maksud sih jadiin ini blog kuliner, tapi dua hari ini emang lagi gak ada yang bisa dishare selaen makanan. Kayak kemaren...Kemaren gw dan Adi makan buat buka puasa (walaupun gw lagi gak  puasa) di daerah deket kosan gw. Tepatnya di depan taman makam pahlawan Kalibata. Deket banget dari kosan gw..klo naek angkot paling 5 menit nyampe.Itu klo gak macet, klo macet ya paling 3 menit.

Disana mulai sore udah berjejer tenda-tenda jualan makanan. Bukanya nyampe tengah malem..Makanannya enak-enak dan rata-rata jadi tempat favorit gw dan Adi buat makan, harganya juga terjangkau. Di antara tempat-tempat yang gw rekomendasiin buat dicobain sih antara lain soto ceker, iga bakar yang empuk bgt tapi gw lupa namanya, bakso tenis yang tempatnya paling pojok (Baksonya cuma dua biji, mirip-mirip kayak bakso di Blok S), sate kambing dan sop kaki kambing Tiga Saudara (asli enak bgt yang ini,,tapi kolesterol tinggi pastinya...Adi aja klo abis makan di sini pasti kepalanya langsung pusing..entah pusing karena tekanan darahnya langsung lonjak atau pusing bayarin gw?), oiya ada juga rumah makan sunda, seafood, makanan jepang, china. nasi uduk, mie ayam,de-el-el.

Kemaren Adi milih makan di soto ceker. Karena gw gak puasa ya gw ikut aja lah.. Kalo ke sini sih biasanya langsung nemu tempatnya karena seinget gw yang jualan soto ceker cuma tempat ini aja. Gak cuma soto cekernya yang terkenal, tapi sop iga nya juga ajiiiippp...(kata orang-orang, gw sih belum nyobain). Jadilah gw dan Adi mesen soto ceker dua porsi plus nasi. Adi pesen es kelapa muda, gw minum es cappuccino (gw juga heran kenapa mengkombinasikan soto ceker dan cappucino..dua menu ini gak nyambung). Soto ceker di sini isinya ceker (gak tw gw klo di tempat laen isinya apaan). Cekernya ceker ayam. Cekernya ada kurang lebih 6-7 (klo diitung-itung sih itu ngebutuhin sekitar 3-4  ayam buat satu porsi soto ceker), selain ceker ayam isinya adalah kuah, tulang-tulang ayam, daun bawang, dan klo mau bisa tambah kepala ayam juga, tapi gw gak mw.

Nih penampakan makanannya :
Soto ceker Adi plus es kelapa mudanya

Soto ceker gw..
Rasanya enak. Karena kuahnya bening jadi seger aja makannya.Tapi yang paling seru sebenernya adalah sensasi ngegerogotin ceker dan tulang itu. Lo bisa serius abis di momen-momen kayak gini. Dan baeknya kita dikasih masing-masing satu mangkok kosong buat tempat sisa-sisa tulang yang udah abis digerogotin. Jadi makin semangat buat gerogotin ceker nyampe abis karena berasa didukung hehehe..Tapi kemaren gw agak kecewa sama tempat ini, soto cekernya sih tetep enak, tapi nasinya gak tw kenapa berasa aneh gitu di mulut gw. Jadilah gak gw sentuh lagi nasinya. Cuma makan cekernya aja dan malemnya gw kelaperan..Hikmah yang gw petik adalah mw seberapa banyak kaki ayam yang gw makan, itu tetep aja kaki yang kecil, mungil, kurus, tipis, dan gak bikin kenyang..Sekian.

Jumat, 12 Agustus 2011

so real/surreal =kenyataan/ketidaknyataan


Udah malem gini dan gw belum bisa berenti nulis di blog baru yang umurnya baru sehari ini. Yah..gw suka nulis tapi kadang gw suka lupa kalau gw suka nulis. Mungkin sekarang gw lagi gak lupa..mungkin sekarang gw lagi inget dan empat posting dalam satu hari hasilnya. Sekarang gw mau sedikit serius. Gak tau nulis di waktu malem itu auranya jadi pengen yang agak serius. Kayak judul di atas. Judul yang gw ambil dari bukunya Nugroho Nurarifin dengan judul yang sama. Kenyataan/ Ketidaknyataan. Nyata atau tidak nyata. Nyata atau maya. 

Being focus of interested alias jadi pusat perhatian. Rasanya tiap orang walau dia mengingkarinya pasti punya sifat yang satu ini. Lihat aja, akibat perkembangan teknologi yang sangat pesat sekarang ini berbagai macam komunitas di dunia maya dibentuk. Sebut saja komunitas seperti Friendster, Facebook, Twitter, Tagged, Hello, MySpace de-el-el termasuk situs-situs para blogger. Kalau dipikir-pikir, dari sifat manusia yang selalu ingin jadi pusat perhatian itulah situs-situs ini meraup keuntungannya. Kenapa? Karena dari sifat manusia yang selalu ingin menjadi pusat perhatian itulah timbul keinginan untuk terus mengeksiskan diri, untuk terus diakui keberadaannya.

Banyak cara untuk tetap dianggap “ada” yang tidak hanya sekedar “ada” tapi juga bisa menunjukkan ke orang lain ke”ada”annya itu. Komunitas di dunia maya tidak lagi dimanfaatkan sebagai media komunikasi melainkan telah berubah fungsi menjadi ajang pamer ke”ada”an pribadi, ajang  untuk menunjukkan kemampuan menghias ruang pribadi di dunia maya tersebut sebaik mungkin, sekreatif mungkin, ajang untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa sang pemilik adalah "seseorang". You can be everything there..bisa jadi orang kaya, bisa jadi anak pejabat, bisa jadi orang yang punya banyak pengalaman seru, bisa jadi orang yang punya banyak kesan positif dari orang-orang, dan berbagai kesan lain yang sangat diusahakan ditampilkan dalam ruang 1 layar monitor itu. Nggak semuanya kesan baik memang, banyak juga yang coba menghadirkan dirinya dengan tampilan kesan urakan, tidak pedulian, trouble maker, freak, menyeramkan, unik, de-el-el. Semuanya berusaha agar kesan tersebut bisa ditangkap oleh orang lain. Namun menurut saya, inti semua tindakan itu adalah satu..ingin menjadi pusat perhatian.

Nggak ada yang salah. Sangat manusiawi. Namun, saya rasa tidak perlu berusaha terlalu keras untuk itu semua. Salah seorang di luar sana pernah berkata “don’t ever think what people think about you because they are very busy to think about their self”. Ada benarnya, lihat saja diri kita sendiri. Terkadang kita sudah kehilangan kepedulian kita terhadap orang lain. Kita terlalu asik memikirkan apa pendapat orang tentang diri kita, tapi apa kita tahu bahwa banyak orang di luar sana yang seperti kita. Sibuk memikirkan pendapat kita tentang mereka. Kalau sudah begini, kepada siapa kita meminta perhatian sementara perhatian kita sendiri hanya kita berikan untuk diri sendiri? Dan ternyata kita sangat membutuhkan kepedulian orang lain untuk membuat kita terus merasa “ada”.

roti cane is cancelled

Gw suka makan. Pacar gw si Adi juga suka. Tapi dia yang paling sering tau tempat makan yang enak. Soalnya sering dapet referensi tempat makan dari temen-temennya. Gw sih seneng aja klo diajak nyoba tempat makan baru. Kayak hari Minggu kemarin. Ini pertama kalinya gw buka puasa bareng Adi di bulan Ramadhan tahun ini. Dari dulu, tiap lewat daerah Saharjo, Adi sering bilang niatnya buat nyoba makan di Martabak Kubang yang ada di pinggir jalan Saharjo. Kata temen kosnya di situ enak. Tapi sayang kemarin-kemarin setiap lewat situ pasti kita berdua udah kenyang. Baru dapet kesempetan buat makan di situ ya hari Minggu kemarin. Dari awal sih gw dan Adi udah niatin buat nyobain roti cane di situ. Menunya gak cuma itu sih. Ada soto padang, ada sate padang, kare kambing, dan yang paling utama ada martabak nya lah.

Pertama kali masuk situ, Adi langsung parkir motor. Ada dua lantai tempat makannya. Di tangga ke arah lantai dua ada tulisan "Lantai Dua Full AC". Gw milih tempat duduk yang ada di lantai satu aja karena Adi mau ngerokok pastinya dan lagian klo full sama AC gw bingung duduknya di mana. Begitu dateng langsung disodorin menu. Gw liat2 harganya lumayan juga ya. Berhubung niat pesen roti cane, gw pun pesen roti cane sama kare kambing. Tapi si uda emang gak pengertian..dia bilang roti canenya abis. Kesel..gw keilangan arah. Yaiyalah kan niat ke sana cuma buat roti cane.Akhirnya dengan pasrah gw pilih aja soto padang, Adi pesen kare kambing. Dua-duanya pake nasi. Dan berhubung gw menghormati plang gede di pinggir jalan yang judulnya "Martabak Kubang", gw pesen juga martabak ukuran medium. Nih penampakannya

Soto Padang punya gw

Martabak yang jadi judul tempat makannya

Kare kambingnya Adi yang harusnya jadi temen roti cane


Rasanya gimana ya? Ya kata gw sih enak. Gw jarang bilang makanan gak enak. Sotonya bening isi bihun, kerupuk merah. perkedel kentang, sama daging yang kriuk-kriuk kayak dendeng gitu. (Apa emang dendeng namanya?). Seger sih tapi kurang greget soalnya gak terlalu pedes. Sedenagkan gw adalah fans fanatiknya cabe. Klo karenya Adi gw cuma nyobain sesendok doank..gak suka karena gak panas. Aneh aja nyoba kare yang suam-suam kuku gitu. Kurang pedes juga. Klo martabaknya emang enak kok walaupun gw harus bungkus bawa pulang karena perut gw dan Adi udah overload.
Jadi ya intinya gw pengen balik ke sana lagi hanya untuk roti cane dan kare kambing yang harus gw kasih pesen dulu ke udanya untuk dipanasin lagi.

kami versus supir taksi

Sebenernya ini cerita di blog saya yang lama yang nyampe sekarang saya lupa banget passwordnya.Ini cerita zaman saya masih kuliah di Unpad Bandung sekitar tiga atau empat tahun yang lalu. Cerita ini berawal dari kedatangan saya dan Uyen  dari Bandung ke Jakarta. Kita datang ke sana dalam rangka memenuhi undangan dari teman kita si Nova yang janji mau traktir kita main di Dufan.  Setelah semalam kita berdua ngerepotin orang rumahnya Nova dengan numpang makan dan tidur gratis, pagi ini kita berangkat ke Dufan. 

Menjelang keberangkatan, kami pun berpamitan dengan sang empunya rumah yaitu mamanya Nova dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya karena udah bersedia direpotin dengan kehadiran kami yang makannya banyak ini.
“Tante..kita pamit ya mau maen ke Dufan” kata saya sesopan mungkin 
“Iya tan, makasi yah udah ngizinin kita nginep semalem” si Uyen pun berpamitan juga
“Kenapa udah pada pamit? Nanti pulang dari Dufan nginep di sini lagi kan? Besok aja pulang ke Bandungnya, nanti malah kemaleman di jalan. Bahaya!” Tante mencoba mencegah rencana kami buat pulang malem ini.
“Hm..besok kuliah tan” kata saya
“Iya tan..” Uyen membenarkan jawaban saya.
“Lah..si Nova pulangnya besok kok. Masih sempetlah, kan kuliahnya siang” si Tante masih berusaha untuk menahan kami, tapi akhirnya setelah adegan tahan-menahan yang panjang banget buat ditulis dan sangat mengharukan itu, mamanya Nova pun mengikhlaskan kepergian kami ke Bandung sepulangnya dari Dufan.

Perjalanan menuju Dufan juga bukan perjalanan yang damai-damai banget, udah macet, naek kopaja yang kebuuuut banget (seolah-olah kita udah naek wahana di Dufan), terus ditambah kenekatan Nova yang curi-curi minum di dalem busway tapi ketauan sama petugasnya dan dia ditegor di muka umum (tapi untung banget saya dan Uyen udah sempet ngejauh duduknya dari Nova jadi Alhamdulillah selamet deh dari tuduhan umum kalau kita berdua temennya Nova..huff untung aja).

Akhirnya kita sampai juga di Dufan dengan penampilan berantakan dan bauuuu. Perpaduan antara keringat penumpang di metromini campur AC nya busway campur bau polusi udara dari asap kendaraan plus asap pabrik. Di Dufan semua biasa saja, nggak ada kejadian istimewa yang bikin saya mengurungkan niat buat pulang ke Bandung malem itu. Pokoknya semua biasa saja…Halilintar tetap berjalan di rutenya, Arung Jeram masih bikin basah, dan Istana Boneka tetap aja lagunya gak ganti-ganti. Intinya Dufan nggak membuat saya sama Uyen membatalkan niat pulang langsung ke Bandung. Selesai berpuas-puas maen di Dufan yang ditutup dengan naek Bianglala, langit udah menuju gelap.

Saya dan Uyen nyari taksi buat ke terminal bus. Kita nggak sempet lagi buat pilih-pilih taksi apalagi nyari taksi bereputasi baik kaya “Burung Biru” soalnya takut kemaleman. Jadi apa yang ada di depan mata aja deh kita naekin eh tumpangin. Tapi tetep make nawar karena memang ada beberapa taksi yang nggak mau pake argo saat itu, urusan tawar menawar saya serahkan sama Nova karena saya pikir, tampang galaknya bisa jadi modal yang cukup besar buat memaksa supir taksi menurunkan harga. Setelah kesepakatan harga terjadi, saya dan Uyen langsung masuk ke dalam taksi dan Nova langsung pulang ke rumahnya dengan pacarnya yang juga ikutan ke Dufan.

Di dalam taksi, saya sih nggak ada feeling apa-apa. Uyen juga gitu…kalem aja..diem aja..Namun tiba-tiba supir taksi yang sebut saja namanya Bapak Taksi (bukan nama sebenarnya) ngajakin kita ngobrol.
“Emang pada mau ke mana? Kok ke terminal malem-malem?” tanya si Bapak Taksi
“Oh..Ke Bandung Pak” jawab saya tanpa prasangka apapun juga
“O…Malem-malem ke Bandung. Hapal jalan Jakarta gak?” doi nanya lagi
“Em…(saya agak mulai curiga), yah gitu lah Pak” jawab saya sambil bingung mau jawab apa karena sumpah saat itu saya nggak hapal jalan-jalan di Jakarta
Tiba-tiba dia nanya ke saya dan Uyen dengan pertanyaan yang jarang-jarang orang tanyain kalo baru kenal. “Muslim bukan?” tanyanya
“Hah?!” Saya sempet bingung juga pas dia nanya gitu tapi yah saya jawab aja “Islam Pak”
“Sering ke diskotik?” tanyanya lagi
“Hah?” saya bengong lagi sambil liat-liatan sama Uyen
“Nggak Pak”  Sumpah saat itu saya dan Uyen berasa lagi dinterogasi Guru Agama. 
Saya mikir bentar lagi dia bakal berentiin taksi, ngadep belakang, lengkap dengan peci dan baju kokonya terus  ngomong “Bagus Nak, jauhilah tempat itu karena lebih banyak mudharatnya” 
Tapi bayangan saya nggak terwujud karena tiba-tiba dia yang tadinya ngarahin taksi ke tol langsung belok arah sambil ngomong “Wah tolnya penuh tuh..kita lewat jalan alternatif aja yah” dia ngomong gitu sambil tangannya nunjuk-nunjuk heboh ke pintu tol.

Pas dia ngomong gitu, serentak saya sama Uyen ngeliat ke arah pintu tol tapi apa yang kita lihat?? Pintu tolnya sepi dong…!! Jadi maksudnya apa coba si Bapak Taksi ini ngebawa kita ke jalan laen yang udah pasti kita gak hapal kecuali dia punya maksud jahat? Suasana di dalam taksi udah mulai mencekam. Aura-aura curiga saya sama Uyen nyampur dengan aura-aura yang mungkin aura jahatnya si Bapak Taksi. Percampuran kedua aura tersebut membuat kami memilih buat diem sambil berdoa semoga Bapak Taksi adalah orang baik yang emang mau bantu kita nyampe di terminal lebih cepet walaupun saya sendiri sebenernya tahu kalau doa kayak gitu untuk saat itu  tuh terlalu naïf.

Tiba-tiba si Bapak Taksi yang dari tadi ikut-ikutan diem mulai nanya-nanya lagi. 
“Bapaknya kerja apa?” tanya beliau tanpa sebut nama dan pencet bel.
Pas dia nanya pertanyaan itu, dalam hati saya langsung mikir, “Anjrit..kita berdua mw diculik nih terus dimintain tebusan ke orang tua . Hm..saya harus bikin dia tahu kalau saya orang biasa doank, jadi gak pantes lah dapet kehormatan buat diculik sama dia. 
Akhirnya jawaban yang keluar dari mulut saya, “Bapak saya PNS biasa Pak” dengan nada memelas yang berlebihan kayak orang mau dikorbanin pas Idul Adha.
Setelah jawab pertanyaan itu, eh bukan ucapan terima kasih yang saya dapet karena udah menjawab pertanyaannya dengan baik dan benar, si Bapak Taksi malah  ngedamprat. “Bukan kamu yang saya suruh jawab! Tapi temen kamu!” kata Bapak Taksi dengan suara menggelegar.
Si Uyen yang tadi merasa posisinya aman karena ada saya sebagai juru bicara tim kami yang dari tadi jawab-jawabin pertanyaan Bapak Taksi, ikut-ikutan kaget gara-gara omongan si Bapak dan dengan gelagapan dia copy paste ucapan saya sambil sebelumnya kita liat-liatan dulu. “Bapak saya PNS biasa Pak.”
“Tadi temennya yang di Dufan nawar taksinya sambil melotot-melotot ke saya. Dia kira saya takut apa? Dia kira harganya bakal saya kurangin kalau di melotot-melotot?” tiba-tiba dia curhat tentang tingkahnya Nova pas nawar taksi dia tadi
“Ah..nggak kok Pak. Dia memang mukanya kelihatan galak. Tapi anaknya baik kok Pak” kata saya ngebelain Nova sambil dalem hati mengutuk Nova juga karena jangan-jangan ini Bapak Taksi mau bales dendam sama Nova karena tadi udah galak-galak pas nawar taksi dengan menculik dua temannya yang malang ini.

Sementara perjalanan kami udah nggak jelas ada di mana, kami muter otak gimana caranya bisa bikin si Bapak Taksi mengurungkan niat jahatnya yang udah kebaca jelas banget. Setelah muter otak dan berdialog lewat sms, kami pun beraksi..

Ide I. Penyadaran 
Ide ini muncul karena kami mikir kayaknya si Bapak Taksi awalnya nggak punya niat jahat, mungkin dia melihat kesempatan dari dua bocah nggak tahu jalan yang nekat pulang malem-malem ke luar kota. Jadi kami mikir, mungkin aja Bapak ini awalnya baik jadi harus dikembalikan ke jalan yang benar dengan cara mengingatkan dia kepada Alloh SWT dan keluarganya di rumah.
“Em..Bapak Islam?” Tanya saya baek-baek dan berusaha sesopan mungkin
“Islam” jawabnya singkat. 
Nah lo..dia singkat gitu jawabnya, saya mau ngomong apa lagi nih. Masa tiba-tiba saya nyeramahin doi. Lama-lama saya nyadar juga kalau pertanyaan saya barusan itu kan nggak penting.
“Bapak punya anak?” Tanya saya lagi sambil berharap dengan pertanyaan itu, ingatannya pun terbang ke rumah dan ngebayangin anak-anaknya yang mungkin seusia saya dan Uyen sehingga diharapkan si Bapak Taksi menjadi sadar akan kekhilafannya dan berubah menjadi Bapak Taksi yang Baik Hati.
“Punya dong!!Banyak” jawabnya dengan nada yang bangga tapi berlebihan karena suaranya naik beberapa oktaf
“Oh…anaknya ada berapa Pak?” tanya saya lagi berlagak pengen tau padahal suer deh nggak peduli!!!! Kami cuma pengen nyampe Bandung malem ini dengan sehat wal’afiat..
“Sepuluh” katanya sambil tertawa-tawa mengerikan sampe saya nggak bisa bedain dia tuh becanda atau nggak sih punya anak sepuluh?? Dan eksekusi ide pertama pun gagal karena yang ada dia sama sekali nggak teringat akan keluarganya malah makin aneh aja sikapnya.

Ide II. Pura-Pura Udah Ditunggu Papa di Terminal 
Ide ini muncul saat si Bapak Taksi tadi sempet berpikir kalau gak ada keluarga kita yang tau kalau kita hari itu maen ke Dufan. Walaupun emang bener begitu keadaannya, kita gak mau donk kalau Bapak Taksi semakin yakin akan ide jahat apapun yang ada di otaknya karena merasa dipermudah dengan keberadaan kita sekarang yang nggak diketahui sama orang rumah. Ini idenya si Uyen. Jadi dia nyuruh temen kita yang namanya Ipul (via sms)  buat nelpon ke HP Uyen untuk pura-pura jadi papanya Uyen yang udah nungguin kita di terminal. Ntar HP nya di loudspeaker. Maksudnya sih, biar Bapak Taksi gak berpikir kalau orang tua kita gak tau tentang keberadaan kita di Jakarta. Berhubung terobsesi buat jadi artis, kita berdua malah kegirangan ada kesempetan buat akting hahaha…jadi sebelum ide dijalankan kita sempet senyum-senyum dulu lewat sms (gimana tuh??) Action!!!
Tilulit…tilulit…tilulit…(anggep-anggep aja itu bunyi HP nya Uyen yang sedang dihubungi oleh Ipul) “Assalamualaikum Pap…”kata Uyen ke Ipul di seberang sana yang juga lagi akting jadi papanya Uyen.
 “Walaikumsalam Pril. Dimana?” hahaha….satu hal yang lupa kami pertimbangkan adalah suara Ipul yang amat sangat tidak mirip dengan bapak-bapak manapun. Tapi berhubung udah terlanjur akting, udah pake di loudspeaker segala lagi,yah terpaksa…show must go on.
“Ini di jalan Pap. Udah mau ke terminal. Pap tunggu di terminal aja ya” jawab Uyen
“Iya..yaudah ati-ati ya Uy” kata Papa Uyen versi Ipul yang nada khawatirnya lebih cocok buat ditujuin ke pacar daripada ke anak sendiri. Klik…(anggep-anggep juga bunyi telpon yang udah keputus)
Sayangnya, setelah percakapan boong-boongan itu, nggak ada reaksi apa-apa dari si Bapak Taksi. Dia tetap tenang-tenang aja nyetir ke arah yang memang dari tadi udah nggak jelas ke mana.  Ide II pun gagal dengan menyisakan semakin banyak lagi ketakutan dalam diri saya dan Uyen karena jalan raya yang tadinya masih dipenuhi lampu-lampu jalan udah berganti pemukiman penduduk yang masih banyak pohon pisangnya. Sementara jam udah menunjukkan pukul 19.30 yang berarti udah hampir satu jam saya dan Uyen keliling-keliling nggak jelas dengan supir taksi yang juga nggak jelas ini.

HP saya dan Uyen sibuk mengeluarkan bunyi sms dari tadi tapi kita bener-bener nggak semangat buat bales sms siapapun termasuk sms Nova yang ternyata sudah sampe rumah dan nanyain keberadaan kita sekarang. Satu-satunya yang kita berdua pikirikan saat itu adalah caranya bisa nyampe terminal secepatnya dan langsung naek bus ke arah Bandung. Kita berdua sempet punya pikiran buat loncat aja deh dari taksi pas dia jalan agak lambat tapi abis itu mau ngapain? Jangan-jangan nanti malah keluar dari mulut singa masuk ke mulut buaya…

Ide III…Ide Terakhir!! 
Ide ketiga muncul saat saya gak sengaja ngeliat name tag si Bapak Taksi di dashboard taksi. Saya catet namanya dan nomor telponnya plus nomor taksinya. Dan sekarang giliran saya yang pura-pura bertelpon ria..
Setelah sebelumnya mengaktifkan profile “silent plizzz”di Hp untuk mengaktifkan mode getar, saya pun berpura-pura menerima telpon dari Papa 
“Halo Pah..Kenapa?”monolog pun dimulai
“Iya ini aku masih di taksi, daritadi gak nyampe-nyampe terminal”
“Oooo…Papa udah di terminal??”
“Yawda tunggu ya Pah, mungkin bentar lagi sampe”
“Iya nanti aku tunggu di taksi aja. Papa aja yang yang nyamperin aku biar kita nggak cari-carian. Nanti taksinya aku suruh parkir di depan pintu masuk terminal”
“Iya Pah..Papa cari aja taksi warna putih mereknya *******” Saya menyebutkan dengan gamblang merek taksi yang kami naekin.
Setelah saya seolah-olah ngasih tau ke Papa tentang merek taksi Bapak Taksi itu, secara tiba-tiba dia berubah sikap donk!!  Dia tampak panik banget dan dia dengan tiba-tiba melibatkan diri ke dalam percakapan saya dan Papa yang fiktif itu.
“Eh..bilang aja sama papanya, nunggunya di deket bis-bis aja. Gak usah jemput di taksi saya” si Bapak Taksi ngomong dengan sikap yang keliatan banget panik.
Memanfaatkan keadaan, saya yang masih monolog melanjutkan pembicaraan via HP dengan Papa yang fiktif itu.
“Iya Pah, nanti Papa aja cari taksi yang aku bilangin tadi biar kita gak cari-carian di terminal. Nomornya?Nomor taksinya?” tanya saya seolah-olah Papa lagi nanya nomor taksi itu ke saya
“Oh nomornya sekian sekian sekian terus kalau  platnya B XXXX”
“Iya nama supir taksinya Bapak Taksi (bukan nama sebenarnya)” saya jawab lengkap semua pertanyaan yang seolah-olah Papa ajukan lewat telpon
“Yaudah, tunggu aja ya Pah” ujar saya mengakhiri pembicaraan. Klik…(lagi-lagi anggep aja bunyi percakapan berakhir)

Setelah drama singkat itu, sikap Bapak Taksi berubah drastis. Dia segera mengarahkan taksinya ke jalan raya lagi. Saya dan Uyen sudah mulai lega. Tapi setelah kita rundingkan via sms, kita memutuskan kalau terlalu berbahaya buat pergi ke terminal sekarang juga karena kita gak tau apa lagi yang bakal kita hadapi di terminal nanti. Kesadaran yang udah terlambat sebenernya karena kalau aja kita sadarnya sejak pamit dari rumah Nova dan mau dengerin omongan mamanya Nova pastinya kita gak bakalan naek wahana tambahan setelah Dufan tutup yaitu wahana taksi yang lebih bikin tegang dibanding Kicir-Kicir. 

Dan suatu kebetulan karena pada akhirnya Uyen sadar kalau kita lagi melewati daerah tempat saudaranya tinggal dan kita berhenti di rumah saudaranya Uyen itu buat numpang istirahat sebentar. Perjalanan ke Bandung tetap terjadi malam itu, tapi gak nekat-nekatan pakai bis dan nunggu di terminal melainkan naek travel langsung sampe Bandung dengan selamat dan sehat walafiat.

Besok paginya, kami berdua pasang kuping seharian buat nerima omelan dari Nova dan mamanya, orangtua Uyen, orangtua saya, pacar-pacar kita, dan temen-temen kita yang emang suka protes sama kenekatan kita berdua masalah pulang malem. Oiya, satu hal yang gak akan saya lupa dari si Bapak Taksi. Sebelum akhirnya kita berpisah dengan Beliau untuk turun di rumah saudaranya Uyen, setelah menerima uang pembayaran taksi dari kita, si Bapak Taksi bilang gini ,“Untung ya Mbak ketemu supir taksi kayak saya, jadi gak nyasar dan bisa ke rumah saudaranya!”Hahaha…orang gila, bisa-bisanya dia bilang gitu setelah bikin kita berdua nyaris semaput di dalam taksi. Pelajarannya, turutilah nasehat orangtua walaupun itu orangtuanya teman ya..

Kamis, 11 Agustus 2011

my dinner is so "ribet" and so "nyelip"

Gw punya pacar..namanya Adi. Dia bisa dibilang sibuk banget. Kerja di instansi pemerintah di Jakarta ini. Sibuk ke luar kota, sibuk lembur, sibuk lelang.de-el-el. Tapi yang gw suka, dia selalu sediain waktu buat gw. Jemput gw, makan bareng gw, de-el-el. Kayak malem ini, dia baru pulang dari dines di Banjarmasin. Tapi nyampe di Jakarta dia ngajakin gw buat buka puasa bareng. Gw hari ini lagi libur (gw kerja di retail farmasi yang liburnya sih seringnya di hari orang2 kerja dan kerja di hari orang2 libur hehe..), Libur kerja..gw juga libur puasa. Biasa penyakit bulanannya cewek. Tapi tiap libur puasa gw pasti tetep aja ikut puasa..gw takut sih klo kelamaan gak puasa tar yang ada pas mulai puasa lagi kayak mulai dari awal. Berasa lagi lapernya. Ausnya. Lemesnya. Jadi gw tetep puasa makan (cuma gw tetep minum..karena agak berat nahan gak minum saat kita tau klo kita boleh minum)
Jadilah hari ini gw buka puasa sama Adi. Kalau soal mw nyari tempat makan, yang nyebelin tuh adalah nentuin tempat makan. Kata andelan gw tuh "terserah"..karena ya emang beneran terserah. Gw bisa makan apa aja, gw suka apa aja, dan gw bukan penilai makanan yang baik karena menurut gw hampir semua makanan yang udah masuk ke mulut gw tuh enak. Akhirnya Adi deh yang nentuin tempat makan. Dia ngajak makan Andakar di daerah Duren Tiga. Gak bisa sering2 sih ke sini. Harganya agak mahal buat jadi makanan favorit. Setelah bolak balik menu gw pilih sirloin sapi dan Adi pesen daging domba. Ini penampakannya

 
Sirloin Sapinya gw

Steak Dombanya Adi

Looks great yah, emang enak kok...tapi makan steak tuh dari pertama kali gw kenal sama aja. Ribeeet!! Pegang garpu kuat2, iris daging kecil2 pake piso dengan perlahan.. baru tusuk daging pake garpu dan hap..lalu ditangkap, terus kunyah perlahan dan agak lama biar lebih lunak (karena kasian saluran cerna gw kalau begitu makan langsung telen. Kecuali klo sebelum makan gw udah minum Enzyplex)..baru deh ditelen. Terlalu banyak birokrasi di sana..Memang enaknya makan steak tuh di rumah sambil nonton tivi. Bebas aja mw gw makan pake tangan atau gw blender sekalian biar gampang tinggal kasih sedotan. Tanpa harus mikirin diliatin mbak2 pelayan yang  pengen tau kita punya manner makan steak apa nggak, atau khawatir daging loncat kemana-mana karena kita kurang ahli dalam mengkordinasikan garpu dan pisau bareng-bareng. Belum lagi masalah daging yang nyangkut di sela-sela gigi. Hadeeeuh...
Tapi Adi enjoy aja tuh sama Lamb nya yang pas gw coba sih emang gak terlalu alot kayak sirloin gw. Terlalu lembek malah, gw gak suka. Adi suka bener. Ngeliat gw makan dengan susah payah gitu komentar Adi cuma "Kenapa tadi gak steak ayam aja?"...yaelah Mas, jarang-jarang gw makan di sini masa nyobanya ayam. Gambar di pintu masuk aja gambar sapi kok..yah gw harus nyobain sapi lah. Kecuali gw makan di Ayam Goreng Suharti atau Kentucky Fried Chicken..
Yah..intinya makan malem gw hari ini cukup ribet dan cukup nyelip..klo diajak kesana lagi mw gak? mau tapi gw mw pesen burger aja..

well..it's called "welcome me"

Yahh..ini bisa dibilang blog baru. Blog yang gw niatin (entah untuk keberapa kalinya) sebagai blog serius. Bukan blog yang isinya serius-serius..bukan..Tapi blog yang gw rutin isi, gw rutin liat,..mudah2an nasibnya gak kayak blog2 gw lainnya  yang nasibnya berakhir dengan gw yang lupa namanya..atau gw yang lupa password log-in nya..
Yah semoga..so,,it's just like "welcome" for my self and my new blog...
Btw,,kenapa namanya blacklazy? Yah..karena gw gak terlalu pinter bikin nama, makanya gw kagum banget sama J.K Rowling yang bisa ngarang semua nama-nama fiktif di bukunya. Tapi intinya sih..nama blog ini sama sekali gak ada artinya. Gak mencerminkan gw..(yah mungkin ada walau sedikiiit bgt porsinya)..gw suka namanya karena when you say "blacklazy"..its sounds like you say "blackmagic" hahaha..ngaco abis.
Blog ini mungkin nantinya (mungkiin...)akan kayak blog2 laennya..tentang hidup. Hidup yang gw tau. Hidup menurut gw. Hidup gw. That's all...