Jumat, 10 Oktober 2014

Hari Ini Dua Tahun Yang Lalu

Ah, mau bilang selamat ulang tahun yang kedua untuk Zahir aja mamanya ribet amat milih judul.

Tahun kemarin mamanya si Zahir ini kasih kado berupa album foto berisi..foto-foto (iyaaalaaah) first momentnya Zahir, tapi tahun ini kadonya nggak ada. Bukan karena nggak ada ide untuk kasih kado yang (tampaknya) akan dimengerti saat Zahir besar nanti, tapi karena kebanyakan ide akhirnya nggak ada yang terealisasi. Maunya bikin foto mozaik segede-gedenya yang isinya foto Zahir semua, tapi pas tanya harga kok ya sayaaang hahaha. Lalu mau maksa eyang, oma, opa, bunda-bunda, mama, papa, ayah, anty-aunty, dan mbak-mbaknya Zahir buat ngasih kartu ucapan berisi harapan-harapan dan doa untuk Zahir yang nantinya ditaro di buku khusus juga gagal. Kenapa? Karena mamanya ini malah asik sendiri kebingungan pilih-pilih buku yang bagus untuk tempat taro' (bukan chiki) letters of love itu, jadinya ide ini mungkin harus tertunda setahun lagi (kalau masih inget). 

Akhirnya, pagi ini kita lewati dengan ucapan "Selamat Ulang Tahun Zahir," saat Zahir membuka mata di pagi hari yang dijawab Zahir dengan cengar-cengir saja karena sesungguhnya mengucapkan kata selamat ulang tahun dengan baik dan benar pun dia belum sempurna. Jadi entahlah apa makna cengiran Zahir itu karena setelah nyengir Zahir langsung nyamber HP papanya untuk kasih makan Tom dan Pou yang kebelet pipis karena nggak diurusin semalaman (Pou malah sudah pasang termometer di mulutnya sebagai pembuktian kalau dia benar-benar sakit).

Selamat ulang tahun my son, Pranaya Zahir Harnadi. Terima kasih atas dua tahun yang menyenangkan ini. Terima kasih atas semua proses pembelajaran ini. Kami belajar menjadi orangtua, kamu belajar menjadi anak. Belajar akan peran masing-masing. Tidak sempurna, banyak tangis, banyak omelan, banyak kekesalan, banyak kenakalan, banyak bab-bab tentang pelajaran menjadi orangtua dan anak yang baik kita lewatkan dengan nilai tidak memuaskan. Tapi pada akhirnya, kami hanya ingin kalau orangtuamu yang tidak sempurna ini selalu menjadi your homebase. Kemana pun kamu berlari, secepat apa pun, sekuat apa pun rintangan, kembalilah ke sini, ke dalam pelukan.

Dan Zahir, satu hal paling penting yang harus kau tahu di atas segalanya, walau cinta kami padamu luar biasa, cinta Sang Maha Penciptalah yang paling sempurna. Dekatlah pada-Nya. Tanpa alpa. 

“You don't raise heroes, you raise sons.
 And if you treat them like sons, they'll turn out to be heroes,
 even if it's just in your own eyes.” 
― Walter M. Schirra, Sr.