Jumat, 28 Maret 2014

Nggak Usah Trying Too Hard (alias Mekso) Buat Terlihat Beda

Ini saya bukan lagi mau ngebahas tentang generasi anti mainstream, karena ngebahas tentang itu udah terlalu mainstream. Hehehe...Tapi lagi menyoroti tingkah laku orang yang trying too hard supaya dibilang anti mainstream. Beda ya? Bedanya? Kalau menurut saya, orang yang anti mainstream itu orang-orang yang memang tingkahnya udah dari sononya aneh, cara pikirnya nggak biasa, cara dia memandang hidup berbeda dengan kita, apa yang jadi kesukaannya adalah hal-hal yang nggak biasa, dan tingkah-tingkah melawan arus lainnya. Banyak orang kayak gini, contohnya salah satu teman dekat saya. Sebut saja Astrid (nama sebenarnya), saat orang-orang ke kampus dengan baju biasa, dia ke kampus dengan baju yang dia beli di Pasar Gede Bage sentra barang seken. Ah itu mah biasa. Tapi bajunya itu baju yang mirip dipake Pangeran Diponegoro waktu pemotretan sama kudanya. Tahu kan? Yang fotonya suka dipajang di buku PSPB (PSPB...ketauan deh angkatan tuanya). Tapi namanya dia suka, dia nggak peduli anggapan orang dan dia juga nggak berusaha untuk jadi ngetop karena itu. Kok tahu? Tahu dong, kan teman dekatnya.

Nah, kalau yang saya lihat akhir-akhir ini, banyak juga muncul orang yang berusaha banget untuk jadi antimainstream. Buat apa? Biar terkenal lah... Being different is the easiest way to be popular kan? Ciri-ciri orang macam begini gampang dikenali kok, yaitu:
1. Saat banyak orang lagi suka sama sesuatu hal, ada satu orang yang dengan bangganya bilang nggak suka. Nggak cuma itu, ketidaksukaannya itu dia share kemana-mana. Tujuannya ya cuma satu. Biar terkenal sebagai orang yang beda. Maunya sih biar dibilang unik dan limited edition
2. Orang ini nggak mau kalau sampai ada orang yang ikut-ikutan gaya/pikiran antimainstream yang udah susah payah dia citrakan. Kalau ada yang ikut-ikutan dia bisa sewot banget. Karena menurutnya dia doang yang boleh beda dan unik. Kenapa dia sewot? Karena kalau banyak orang yang jadi antimainstream kayak dia, berarti dia jadi mainstream dong. Jadi biasa. Sama kayak banyak orang. 
3. Pikiran atau gaya antimainstream-nya nggak akan bertahan lama. Misalnya hari ini dia bilang suka blackmetal, besok-besok dia bakal berubah lagi karena dorongan untuk suka sama blackmetal itu cuma dorongan biar terlihat beda aja, padahal jiwanya melayu blass..

Pesannya adalah, udahlah jadi diri sendiri aja. Capek keleuuss untuk terus-terusan berusaha menjadi beda. Kalau memang lagi suka yang mainstream kayak lagu pop atau lagu-lagu lain yang earcatching,  ya tunjukin aja jangan berusaha keras buat kelihatan seperti penggemar punk. Kalau suka yang mainstream macam sinetron atau drama korea ya nikmatin aja, jangan malu dan lalu berusaha keras terlihat sebagai penyimak film antiboxofficeBegitu juga sebaliknya, yang penting that is the real you karena pada akhirnya cuma masalah waktu aja kalau mainstream dan antimainstream itu akan bertukar tempat. 

Jadi diri sendiri sekali lagi, itu lebih nggak ngerepotin karena  you'll be criticized no matter what. Whatever being yourself means. Hahaha...namanya juga dunia.